Situasi pandemi telah melanda dunia, masanya tak kunjung usai, sejak Maret 2020 Covid-19 dinyatakan masuk Indonesia. Setelah sekian lama kami menunggu dan bersabar, inilah harinya. Hari dengan kebiasaan baru, melakukan protokol kesehatan, melakukan aksi-aksi preventif dengan melakukan serangkaian tes kesehatan untuk bepergian. Ya, itulah yang kami persiapkan, hari di mana kami telah mepersiapkan fisik dan logistik untuk menyambut hari-hari penuh kesenangan dan petualangan. Kini mari silakan, inilah secuplik kisah 5 orang anggota Unit Selam UGM merambah ke sebuah pulau terluar Indonesia, Enggano namanya, Bengkulu provinsinya.

Kedatangan kami ke Bengkulu adalah dalam rangka mengikuti “Jambore Selam Nasional XI dan Kongres V Fopmi (Forum Penyelam Mahasiswa Indonesia)”.  FoPMI  adalah forum bagi mahasiswa penyelam yang ada di Indonesia. Fopmi dibentuk sebagai wadah apresiasi bagi berbagai aktivitas penyelaman yang ada di Indonesia yang berfokus mengambangkan jaringan antar kalangan penyelam mahasiswa agar setiap penyelenggaraan acara penyelaman yang terlaksana mendapat kesempatan publikasi secara luas berskala nasional. Kali ini, Marine Science Diving Club Universitas Bengkulu atau yang biasa disebut dengan MSDC adalah tuan rumah pada  acara yang digelar tiap tahunnya di lokasi yang berbeda ini. Kegiatan ini diramaikan oleh 20 klub selam dari berbagai universitas di Indonesia, peselam dari kalangan umum, dan mahasiswa yang memiliki lisensi sebagai peselam.

Hari 0,

5 Juni 2021

Tapak paderi adalah lokasi pertama yang dikunjungi, sebuah nama yang terdengar asing bagi kami. Tapak paderi tak lain adalah nama dari sebuah pantai pasir hitam di Kota Bengkulu.  Ada suatu hal  yang unik dari Tapak Paderi ini, yaitu terdapat beberapa sekretariat organisasi yang menghadap ke laut, salah satunya adalah sekretariat Marine Science Diving Club (MSDC), sang tuan rumah kita kali ini. Seiring berjalannya waktu, satu persatu rombongan atau perseorangan dari berbagai daerah memasuki area ini, kami bercengkrama, berkenalan, bercerita, dan bertukar informasi. Berada di Tapak Paderi sungguh sebuah suasana yang menakjubkan. Deburan ombak dan semilir angin laut turut membersamai momen-momen berkenalan kami. Saking syahdunya, ada plesetan tersendiri untuk Tapak Paderi ini, tak lain dan tak bukan adalah Tapak Paradise, xixi.

 

Hari 1,

6 Juni 2021

Delegasi dari Unit Selam UGM terbagi ke dalam dua tim, yaitu tim Kongres dan Tim Jangkar. Tim kongres yang terdiri dari Anthonius Dharma, Dinda Viola, dan Syafira bertugas untuk mengikuti kongres untuk  keberlanjutan organisasi FoPMI. Kongres dilakukan di Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Bengkulu. Sedangkan Tim Jangkar yang terdiri dari Alvin Talentino dan Zaky Hussain  bertugas untuk mempersiapkan segala kebutuhan penyelaman yang dilakukan di Pulau Enggano. Tak ayal, perjalanan dari Bengkulu ke Pulau Enggano memakan waktu sekitar 12 jam!!  Kamipun saling berpamitan dan melanjutkan aktivitas masing-masing. Hari itu pula tim jangkar terombang ambing selama 12 jam di laut sedangkan kami tim kongres mengerahkan segenap pikiran untuk keberlanjutan organisasi. Eitss, tapi kongres juga diselingi pula dengan ice breaking berupa games berhadiah, jadi jangan anggap prosesnya akan berjalan dengan sepaneng, yak!

Hari 2,

7 Juni 2021

Tim Kongres  mengawali paginya dengan beranjak dari Velbed hijau khas TNI.  Sedangkan, berada di Pulau Enggano, tim jangkar mulai kehilangan jaringan dari ponsel pintar mereka. Yaps, pulau Enggano yang merupakan salah satu pulau terluar berpenghuni masih memiliki akses internet yang terbatas.

“Tim jangkar, oke?”

Tak ada balasan, nihil.

“Hihi, berarti fix hilang sinyal.”

Umumnya internet  di Enggano dapat diakses di kantor-kantor desa dan titik – titik tertentu saja. Listrik menyala dua kali dalam sehari mulai dari pukul 05.00 – 12.00 dan 17.00 – 00.00 WIB. 

Pada hari ini pula, tim kongres selain berdiskusi dan bertukar pikiran juga berkesempatan untuk mengunjungi benteng Malborough. Ingat, bukan Malioboro, ya, tapi malborough. Benteng peninggalan Inggris ini adalah benteng yang menghadap ke Tapak Paderi. Konon katanya terdapat terowongan di dalamnya yang berujung ke laut lepas, Lo!! Desas desus ini menjadi kisah menarik yang tersebar di kalangan warga sekitar.

Sebelum itu kami juga berkesempatan untuk berkenalan dengan komunitas-komunitas yang berada di Tapak Paradise, eh Tapak Paderi. Kami berkenalan mulai dari klub pecinta vespa hingga kelompok pemerhati penyu. Kami juga dipersilakan untuk menikmati segarnya buah kelapa sambil memandang laut lepas yang apa adanya, eak~ Jangan lupa, bayar 10rb rupiah untuk tiap kelapa yang kita nikmati kesegarannya!

Hari 3,

8 Juni 2021

 “Sidang diskors sampai waktu yang tidak ditentukan”

Dung Dung

begitulah bunyinya, ketukan palu yang dipukul oleh pimpinan sidang. Yaps! Hari ini tim Kongres akan menyusul tim Jangkar yang telah menyiapkan segala keperluan yang ada di sana. Kalau boleh jujur, sebenarnya ngeri membayangkan perjalanan 12 jam menggunakan kapal laut. Mabuk laut dan segala sesuatunya telah terbayang di kepala. Tapi, mendengarkan ketakutan yang sama dari peserta lain membuat kami merasa tenang juga. Terkadang terlintas di kepala, beberapa dari teman kami adalah anak kepulauan yang lekat dengan lautan dan mereka merasakan ketakutan yang sama! Maka kantong kresek hitam dan obat mabuk perjalanan menjadi amunisi wajib yang telah kami persiapkan. Hap Hap, singsingkan lengan bajumu, buddy, mari kita berlayar.

Tuu tuuuuu

Peringatan terakhir yang terkoar dari kapal. Sore itu, mengendarai kapal perintis seharga Rp.13.000,00 perorangnya, kami berangkat.


Hari 4,

9 Juni 2021

Tu tuuuu

Setelah merasakan goyangan ombak bak naik komidi putar terus-terusan. Kapalpun bersandar. Langit biru, lautan juga biru, burung-burung melesat terbang ke sana kemari. Mangrove menyundul-nyundul menjorok ke laut, nyiur melambai – lambai, ombak sesekali berdebur tetapi lebih banyak tenang tanpa riak.

Setelah 12 jam berlayar,  saatnya menanyakan

“inikah pulau Enggano itu?”

Kaki kami memijak dermaga malakoni, satu-satunya dermaga yang menghubungkan pulau  Enggano dengan dunia luar. Sebetulnya masih terdapat satu dermaga lagi, tetapi kondisinya saat ini sedang tidak memungkinkan untuk  menyandarkan kapal.  Mobil bertuliskan KPHK pulau Enggano, Polsek Enggano, dan mobil pick up tanpa tulisan berjajar di dermaga. Yaps, itulah kuda – kuda yang siap mengantar kami menuju kantor desa Kaana, markas sementara kami. Yihaaaaa~

Pohon cengkeh bertebaran di sepanjang jalan trans. Selain itu, liana (disebut juga tumbuhan merambat) juga banyak menggelayut di antara pepohonan seperti Macaranga, Kluwih, dan waru serta palem-paleman. Mereka saling berebut nutrisi dan cahaya matahari, saling tumbang dan terganti. Dialah hutan, ya, dialah salah satu pelindung laut kita dari melimpahnya sedimen yang berakhir ke laut. Yaps, karang akan kesulitan hidup di lautan yang melimpah akan sedimen.  Menjaga apa yang ada di darat, berarti menjaga pula apa yang ada di laut. Asekk~

Tibalah kami di kantor desa Kaana, di sana telah berjajar rapi peralatan selam kami. Tentu saja ini atas jasa Tim Jangkar yang telah memberikan waktunya untuk kegiatan penyelaman.

Kami langsung bergegas untuk melakukan penyelaman pertama, lo. Never dive alone adalah jargon yang para peselam miliki, maka dari itu kami terbagi ke dalam beberapa kelompok dan memiliki buddy-nya masing masing. Setelah pembagian tim kami beranjak menuju dive site pertama, Trans Kaana namanya. Penyelaman hari pertama adalah penyelaman yang dilakukan untuk melakukan reef check. Melalui reef check, seperti namanya, kami akan mencari tahu bagaimana kondisi perairan karang yang ada di trans kaana.

1 2 3, byurr…

Setelah sekian lama tidak melakukan penyelaman di laut lepas,penyelaman kali ini tentu menjadi tantangan tersendiri. Tetapi, berlatih di kolam sebelum keberangkatan membantu kami dalam menjaga keseimbangan atau bouyancy. Menjaga bouyancy penting bagi peselam agar kami terhindar dari kerusakan karang yang diakibatkan oleh peselam, selain itu dengan bouyancy yang ok, hal ini akan meningkatkan rasa nyaman saat touring di bawah laut.

Sayangnya banyak karang-karang yang mati di dive site ini. Pecahan  karang dan  karang yang memutih menjadi pemandangan yang menghampar. Meskipun begitu, di sudut lain kami masih menjumpai clown fish atau ikan badut yang sedang menggesek-gesekkan tubuhnya di anemon yang meliuk-liuk. Kami juga menemukan Kima, kerang raksasa yang langka dan dilindungi keberadaanya. Selain itu kami juga menjumpai karang sponge, tabulate, dan karang massive.

DCIM100GOPROGOPR0828.JPG

Hari 5,

10 Juni 2021

Agenda kami hari ini adalah  kegiatan bina desa yang melibatkan teman-teman dari Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu. Kegiatan ini diikuti oleh warga sekitar dan organisasi yang ada di desa Kaana. Kegiatan bina desa ini dilakukan untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa potensi yang dimiliki pulau Enggano sangatlah besar dan perlu dijaga.

Pada hari ini pula, kami melakukan transplantasi terumbu karang.  Transplantasi terumbu karang adalah kegiatan  yang baru bagi delegator unyil. Kami menyambut kegiatan ini dengan penuh antusias. Acropora adalah karang yang kami transplantasikan. Transplantasi terumbu karang dilakukan dengan cara mencari bibit Acropora pada lokasi yang subur. Kemudian, bibit ini dipindahkan dan diikat pada media berupa rangka besi yang berbentuk  persegi. Karang tersebut diikat menggunakan kabel tis. Kemudian, media tanam tersebut ditempatkan di lokasi yang mengalami  banyak kerusakan terumbu karang.

Sambil menyelam minum air, pipis pula, eh, tapi bukan minum air, ding. sambil menyelam kami bersih-bersih pantai dan lautan. itulah yang kami lakukan. Sampah-sampah yang didapatkan oleh peserta akan diaudit dan  didata untuk mengetahui sampah apa saja yang berserakan di laut.

ketika sampai di permukaan,, alangkah senangnya hati kami. kelapa muda yang dipetik langsung dari kebun warga disuguhkan kepada kami semua. Yaps, pulau enggano melimpah ruah kalau urusan kelapa, lo! kelapa tumbuh di hampir pesisir pantai dan ladang.

“Besok kita akan entries Giant Stride dari ketinggian 3 meter ya!”

Deg!

Jiwa penasaran kami tergugah. Bagaimanakah gerangan sensasinya? Pasalnya belum pernah sekalipun kami melakukan giant stride setinggi itu.

“hati-hati di sana habitat ular laut juga”

Degdeg!

langit menghitam, waktunya tidur..

 

 

 

Hari 6,

11 Juni 2021

Berbeda dengan 2 hari sebelumnya, dive site yang akan kami kunjungi kali ini menawarkan sensasi yang berbeda. ya, inilah dermaga kahyapu, dermaga rusak yang tidak difungsikan lagi.

 

Perjalanan menuju dermaga Kahyapu memakan waktu sekitar 30 menit. Pemandangan yang asing dan menarik hati terpajang di depan mata. hamparan peternakan sapi membentang begitu luasnya. Rumah kayu dengan sungai-sungai kecil di sekitarnya dengan sampan yang tertaut di atasnya begitu memanjakan mata. Bang Iksan, pegawai KLHK yang telah ditugaskan di Enggano sejak tahun 2018 mengantar kami menuju lokasi. beliau bercerita tentang pulau Enggano. salah satunya adalah melimpahnya buaya di pulau ini. Menariknya, buaya yang ada tidak menganggu masyarakat sekitar, bang Iksan menjelaskan hal ini terjadi akibat ketersediaan pakan bagi buaya masih melimpah di alam.

Fyuh, syukurlah

“Di rawa ini, kalau malam hari. akan terlihat kerling berwarna putih yang saling berpasangan. Ya, itulah mata buaya” Tambahnya

***

Tibalah kami di dermaga kahyapu. Laut di sini adalah samudera hindia,lo ! Kami langsung bergegas menata peralatan, saling mengecek kelengkapan, dan

boom!!!

Kami terjun dari ketinggian 3 meter.

Rasanya, hmmm, cukup membuat jantung bergoyang sejenak ketika hendak terjun, hehehe.

Atraksi yang ditawarkan dive spot dermaga kahyapu adalah sensasi reruntuhan dermaga dengan taburan karang menghampar di bawahnya, kami menemukan banyak karang mushroom dan ada lagi Kima yang tengah kembang kempis. Kami mengeksplor sisa-sisa dermaga untuk menjadikannya spot foto yang lucu dan mengasyikkan.

Ya inilah hari terakhir kami menikmati indahnya  pulau Enggano dalam kegiatan Jambore selam ini, esok hari kami harus kembali pulang menuju Bengkulu. Kapal yang memiliki jadwal tak pasti, memaksa kami untuk pulang lebih awal.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.