Banyak orang sudah pernah ke Bali, namun lebih sering hanya meng-explore Bali Selatan seperti Kuta, Seminyak, Uluwatu, Nusa Dua ataupun Jimbaran. Padahal sebenarnya Pulau Bali memiliki berbagai destinasi wisata yang tak kalah menarik di bagian Timur maupun bagian Baratnya. Bulan Juli kemarin Tim kami, Ekspedisi Nusantara Bawah Air batch ke-2 memilih bagian Barat Pulau Bali untuk melanjutkan misi 30 titik penyelaman. Destinasi penyelaman kami kali ini yakni di Pemuteran dan Pulau Menjangan.
Titik penyelaman di Pulau Menjangan yang kami pilih yakni Pos 1, Anchor Wreck, Garden Eel, dan Pos 2. Untuk sampai di Pulau Menjangan kami perlu menyebrang dengan estimasi waktu sekitar 20 menit melalui labuhan lalang. Selain wisatawan lokal dan mancanegara yang ingin menikmati wisata bawah air, terdapat banyak warga yang hilir-mudik menyebrang untuk melalukan sembahyang di pura yang letaknya tidak jauh dari dive spot POS 2. Banyak pengalaman baru yang aku dapatkan dalam diving kali ini, namun yang paling berkesan adalah melakukan diving pada arus yang cukup kuat hingga tidak lagi harus melakukan finning atau mengayuh, dan membiarkan diri terbawa arus! Rasanya seperti ditarik sesuatu yg kuat tapi dengan pemandangan menakjubkan
Sebelum melakukan penyelaman di Menjangan kami lebih dulu melakukan penyelaman di Pemuteran. Wilayah Pemuteran terletak diantara Gilimanuk-Singaraja yang termasuk ke dalam Kabupaten Buleleng. Perjalanan menuju Pemuteran dari Pelabuhan Gilimanuk dapat di tempuh 30 – 40 menit atau sekitar 4 – 5 jam dari Denpasar. Perbedaan menonjol dari pantai Pemuteran ini terletak pada pasir pantai yang hitam tidak seperti umumnya pantai-pantai di Bali, namun hal tersebut tidak mengurangi jumlah wisatawan yang datang ke pantai ini. Saat kami ke sana keadaan pantai cukup ramai dengan wisatawan asing yang melakukan diving maupun snorkelling serta permainan air seperti kayak yang di sewakan oleh warga lokal. Terdapat pula beberapa restoran maupun bar di pinggir pantai. Pengembagan pariwisata di Pemuteran sangat melibatkan warga diberbagai lini, seperti dalam pembangunan penginapan hampir seluruh home stay adalah milik masyarakat lokal, Menurt Bli Made hal ini karena adanya kebijakaan pemerintah yang melarang mereka yang bukan masyarakat asli pemuteran untuk mendirikan penginapan baik berupa home stay maupun hostel. Walaupun masih didapati beberapa hotel besar yang dikelola bukan oleh masyarakat Pemuteran biasanya pemilik- pemilik hotel tersebut sudah lama tinggal di sana hingga menikah dengan masyarakat lokal. Pengelolaan berbagai objek wisatapun dilakukan sendiri oleh masyarakat.
Untuk titik penyelaman, kami memilih Garden of the God dan Biorock. Berbeda dengan spot di Menjangan yang memerlukan kapal, dikedua titik ini cukup dengan entries pantai dan berenang 200 – 300m. Keunikan kedua spot ini adalah keduanya merupakan lokasi konservasi untuk memulihkan keadaan karang yang rusak. Dulunya Pemuteran adalah desa Nelayan yang cukup melimpah persediaan ikan dan biota lautnya. Namun cara penangkapan ikan oleh nelayan saat itu adalah dengan pengeboman dan atau menyemprotkan sianida. Memang dengan cara tersebut ikan akan banyak yang dapat terambil dan menaikkan perekonomian warga, namun tidak akan bertahan lama. Karang – karang yang merupakan tempat tinggal ikan pun menjadi rusak dan lama-kelamaan tidak lagi ditemukan ikan di Pemuteran.
Garden of the God atau Temple Garden sempat menghebohkan beberapa media lokal dan mancanegara karena diisukan merupakan peninggalan arkeologis. Adanya berbagai patung dewa lah yang membuat isu ini beredar, sebenarnya patung – patung ini sengaja ditenggelamkan sebagai usaha konservasi. Menurut website resmi dari Reef Seen Bali, yang merupakan salah satu pencetus lokasi ini yang berkolaborasi dengan Asian Geographic Society & the Reef Gardeners of Pemuteran, peletakan patung di lokasi ini terinspirasi oleh legenda Dewata Nawa Sanga dimana Dewa Siwa dikelilingi oleh 8 dewa lainnya yang mewakili tiap – tiap arah mata angin. Setelah kurang lebih 10 tahun setelah pertama kali ditenggelamkan, sekarang patung-patung tersebut sudah ditumbuhi berbagai karang dan menjadi rumah bagi berbagai ikan. Visibility di lokasi ini cukup baik karena sinar matahari dapat masuk hingga kedasar, namun kita harusbisa menjaga buoyancy agar pasir yang menjadi dasar tidak terangkat dan menyebar menghalangi pandangan kita.
Hampir serupa dengan Garden of the God, pada dive spot Biorock upaya konservasi dilakukan dengan menenggelamkan suatu benda sebagai tempat soft maupun hard coral tumbuh. Bedanya pada Biorock bukan patung dewa yang ditenggelamkan, melainkan rangka-rangka besi yang dibentuk sedemikian rupa yang dialiri listrik bertegangan rendah yang mempercepat pertumbuhan karang. Selain mempercepat pertumbuhan karang, aliran listrik yang rendah ini tidak menyakiti makhluk hidup lainnya sehingga aman bagi ikan maupun wisatawan untuk beraktifitas di sekitarnya. Rangka yang di tenggelamkan pun sangat beragam, mulai dari yang simple berupa kubah, persegi hingga berbagai bentuk yang entertaining bagi mereka yang hobi berfoto seperti kapal, sepeda, ikan, rangka dewa dengan kaki sirip dan lainnya. Pada beberapa rangka yang diturunkan, terdapat pula berbagai tulisan berupa nama – nama mereka yang ikut berdonnasi untuk melakukan transplatasi karang. Selain dapat memperbaiki lingkungan yang rusak, hal ini bisa menjadi tambahan pundi pundi bagi warga sekitar. So buddys, jika kalian ke Pemuteran dan ingin ikut berkontribusi untuk lingkungan jangan lupa untuk ikut berdonasi ya nantinya nama kalian akan dikenang dibawah laut!
Artikel oleh : Nurissa F.
0 Comments