Di masa pandemi ini, pasti gerak-gerik kita dalam beraktivitas menjadi terbatas. Sungguh sebuah wabah yang sangat mengubah tatanan hidup manusia di muka bumi. Tak hanya kegiatan sehari-hari, kegiatan lain yang terdampak dengan pembatasan adalah aktivitas di air. Ya, banyak wahana air seperti kolam renang, pantai, dan tempat-tempat lain yang dilakukan di dalam air mengalami pembatasan. Begitu juga dengan kegiatan menyelam.
Dengan kekayaan bawah laut yang dimiliki Indonesia, tidak adanya kegiatan menyelam mengakibatkan kerugian yang sangat besar lho buddies. Karena Indonesia sendiri merupakan destinasi pilihan untuk melakukan kegiatan selam, bahkan dunia telah menaruh mata tersediri pada wisata selam yang dimiliki Indonesia. Faktor tersebut menimbulkan kesempatan baru bagi berbagai kalangan masyarakat, seperti bagi UMKM yang mampu menambah nilai lebih dalam sektor ekonomi, bagi kalangan peneliti yang terbantu dengan adanya kegiatan penelitian bawah laut. Kegiatan selam telah menumbuhkan industri baru dengan konsep berbasis masyarakat. Dalam aspek bisnisnya, memiliki 4 pilar yang mendasari nilai-nilai keunggulan tersebut yaitu: education, equipment, experience, dan environment.
Lalu kegiatan apa yang dapat dilakukan para penyelam atau pecinta alam bawah laut untuk mengatasi pembatasan kegiatan bawah air tersebut? Banyak pertanyaan yang muncul dari benak para penyelam mengenai kapan wisata selam dibuka lagi dan apa saja aturan yang berlaku bagi para penyelam di masa pandemi ini?
Lebih baik di rumah saja! Menanggapi masalah tersebut, untuk pertama kalinya Unit Selam UGM mengadakan sesi talk show online bertajuk “Kapan Kita Dapat Menyelam Lagi?”. Acara dilaksanakan pada 20 Mei 2020 menggunakan platform Google Meet. Dalam acara tersebut, Unit Selam UGM mengundang Mas Abi Carnadie (Founder dan Co-Owner Bubbles Dive Center serta PADI Industry Consultant) dan Mas Ricky Soerapoetra (Ketua umum PUWSI) yang banyak memberi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas.
Selama berlakunya pembatasan kegiatan pada masa pandemi ini, masyarakat diminta untuk tidak melakukan kegiatan bepergian jauh atau travelling. Imbasnya pada sektor pariwisata, baik wisata selam, tempat wisata alam, dan lainnya menjadi sektor yang mengalami kerugian paling banyak. Menurut penuturan Mas Ricky, Kerugian yang dialami oleh sektor pariwisata hampir menyentuh angka 100 M dan memaksa para pengelola wisata melakukan survival mode. Tagar #divetomorrow juga diserukan bagi para pegiat selam di seluruh Indonesia sebagai upaya mengurangi volume wabah yang meningkat tinggi hingga situasi kondusif. Namun sifat optimis harus tetap dipegang teguh dan percaya bahwa para pegiat selam akan dapat melakukan kegiatan menyelam dalam waktu secepatnya. Setelah keadaan kondusif, kegiatan selam baiknya diawali dengan dive site lokal. Selain itu, penerapan protokol kesehatan akan diberlakukan dengan melibatkan seluruh unsur yang terlibat, mulai dari agen perjalanan, pelabuhan dan bandara, kuliner, penginapan, dan dive operator yang tentunya akan menjadi tantangan baru bagi pengelola dan pegiat wisata selam.
Dengan diterapkannya aturan baru tersebut diharapkan mampu mengurangi kekhawatiran resiko penularan virus Covid-19 bagi para penyelam. Semua lini yang terlibat dalam rantai wisata harus dipastikan untuk saling bersinergi, koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah mengenai perizinan sangat penting untuk menghidupkan pariwisata, apabila tidak terjalin dengan baik maka industri selam akan kembali jatuh, tambah Mas Ricky.
Dalam segmen lain, Mas Abi mengatakan bahwa industri selam akan tetap ada walaupun dengan tatanan yang sedikit berbeda dan tidak sama seperti sebelum masa pandemi ini. Menurut Mas Abi, saat ini kita sedang dihadapkan dengan situasi yang sebelumnya tak terbayangkan, sehingga harus menerapkan prosedur baru yang disebut “new normal” yang telah diterapkan oleh negara lain. Sebagai contohnya adalah negara China, telah menerapkan “new normal” sehingga kegiatan menyelam tidak dilarang.
Covid-19 dapat menular kepada siapapun, termasuk kepada para penyelam. Untuk melakukan penyelaman, kita harus melakukan pemeriksaan kesehatan dengan dibuktikan surat keterangan sehat juga dengan disertai keterangan bahwa yang bersangkutan tidak terjangkit virus Covid-19. Tak hanya itu, setelah melakukan pemeriksaan kesehatan dan karantina mandiri maka aktivitas menyelam baru boleh dilakukan.
Selain melakukan pemeriksaan pada diri, pemeriksaan pada peralatan menyelam pun juga mengalami prosedur baru. Bukan hanya dengan air atau air sabun saja, pembersihan juga dilakukan dengan melakukan desinfektan. Anjuran untuk menggunakan peralatan sendiri bagi para peyelam agar para penyelam meminimalisir paralatan yang telah disentuh oleh orang lain sehingga mengurangi resiko penularan Covid-19. Apabila penyelam menggunakan peralatan dari dive operator harus memastikan bahwa peralatan tersebut telah steril. Meski membutuhkan waktu yang lebih lama dan prosedur yang lebih panjang, namun kegiatan yang dilakukan oleh dive operator ini menjadi peran penting agar industri selam tetap berjalan. Sterilisasi juga wajib dilakukan oleh dive shop secara rutin pada barang yang disentuh oleh para pengunjung.
Kegiatan Online Talkshow ini ditutup dengan sesi tanya jawab oleh para peserta kepada narasumber. Belum selesai, bincang-bincang hangat juga dilakukan dengan para alumni Unit Selam UGM.
0 Comments