Awal Februari, tepatnya tanggal 8 hingga 12 Februari 2018 Unit Selam UGM berkegiatan ke Tulamben, Bali. Kegiatan ini bagian dari pelatihan anggota baru Unit Selam UGM dan juga untuk pelatihan anggota Unit Selam UGM untuk meningkatkan sertifikasi selamnya. Kegiatan penyelaman ini ditemani oleh 2 orang instruktur yang merupakan alumni dari UKM Unit Selam UGM pada dulunya. Menuju Tulamben, kami menggunakan transportasi darat bus. Lama perjalanan yang ditempuh yaitu sekitar 20- 24 jam. Keberangkatan tanggal 8 pagi dan setibanya di lokasi sekitar jam 10 pagi waktu setempat.
Berdasarkan dari sisi geologisnya Tulamben berada pada bagian timur laut pulau Bali. Lokasi pantai atau tempat kami melakukan penyelaman dekat dengan gunung Agung yaitu pada bagian barat pantai yang akhir-akhir ini mengalami peningkatan aktivitas. Dari arah timur pantai terlihat gunung Rinjani yang terletak di pulau Lombok. Material yang ada pada pantai disini terbilang unik. Pantainya berupa pantai dominan batuan kerikil gelap dan dominan pasir pada daerah dangkalan atau shelf. Yang dapat dikatakan sebagai material vulkanik dari gunung Agung yang meletus pada masa lalu. Material tersebut sampai kepantai dan selalu terkena ombak laut sehingga dimensi kerikil lama kelaman membulat.
Penduduk Tulamben sendiri banyak yang membuka usaha penyewaan atau jasa selam. Tidak hanya penduduk lokal, warga asing yang sudah menetap di Tulamben pun juga banyak yang membuka usaha penyewaan alat selam atau jasa guide selam. Penginapan atau resort-resort juga banyak terdapat disini, dengan berbagai harga dan fasilitas. Terdapat juga restoran, minimarket, dan toko oleh-oleh. Pada daerah pantai juga terdapat orang-orang yang menawarkan jasa angkat tabung oksigen. Tidak hanya laki-laki tetapi ada juga ibu-ibu yang melakukan pekerjaan tersebut
Kami menyewa penginapan yang lokasi lumayan jauh dari pantai, kalau jalan kaki kira-kira memakan waktu sekitar 15-20 menit. Dan ini cukup melelahkan. Pada hari pertama kami memulai kegiatan agak molor sekitar jam 12. Ini terjadi karena kami terlambat sampai ke Tulamben. Tetapi pada hari kedua dan ketiga kami memulai kegiatan ketika matahari belum muncul yaitu sekitar jam 5 pagi. Sebelum memulai kegiatan, kami dapat melihat matahari muncul dari arah pulau Lombok. Cahayanya keluar dari gunung Rinjani yang menyinari pulau bali dan mencerahkan gunung Agung.
Kegiatan dimulai dari pemanasan yang berupa fin swimming sekitar 20 menit. Melakukan fin swiming pada pagi hari ketika matahari masih kekuning salah satu kegiatan yang terbaik pada saat LPT. Keindahan terumbu karang, ketenangan air laut dan kemegahan cahaya matahari hari yang menyinari gunung Agung menjadi pelengkap.
Sesi penyelaman dilakukan secara bergiliran. Setiap tim yang akan menyelam ditemani oleh seorang instruktur. Selama 3 hari kami melakukan 5 kali penyelaman. Pada hari pertama, penyelaman dilakukan sebanyak dua kali. Penyelaman hari pertama, kami hanya melakukan excercise berupa pivot point, touring lepas masker, body breathing, pasang lepas inflator, dan menjangkau atau meraih second stage. Pada hari kedua, kegiatan penyelaman dilakukan sebanyak dua kali. Tapi kali ini, hanya pada saat penyelaman ketiga masih dilakukan exercise untuk pemantapan buoyancy dan juga ketenangan ketika penyelaman. Penyelaman keempat hanya melakukan touring , bisa dikatakan berupa fundive. Penyelaman kali ini kami hanya menikmati pemandangan bawah laut Tulamben. Hati ketiga, kami hanya melakukan penyelaman satu kali. Penyelaman ini masih bersifat fundive, jadi kami hanya berkeliling menikmati terumbu karang yang indah dan bangkai kapal USAT Libert yang karam pada masa lalu. Tetapi yang membedakan ialah untuk mengkoordinator seluruh kegiatan pada hari ketiga ini dan juga hari terakhir diserahkan seluruhnya kepada peserta LPT atau angkatan 28.
Pada titik penyelaman terdapat kapal karam yang terletak tidak jauh dari pantai yaitu kapal USAT Liberty. Kapal tersebut merupakan kapal amerika dahulunya yang tenggelam pada tahun 1942. Ketika melakukan penyelaman, kondisi kapal sudah memprihatinkan. Banyak bagian kapal yang sudah nampak lapuk atau berkarat. Kapal tersebut terletak pada slope yang merupakan daerah geomorfologi bawah laut lumayan curam. Berdasarkan lokasi USAT Liberty kemungkinan kapal tersebut mengalami penurunan setiap waktunya. Banyaknya jumlah penyelam yang melakukan penyelaman setiap harinya juga berpengaruh terhadap kondisi bangkai kapal, yaitu adanya tekanan lebih kepada air laut dan juga terhadap kapal USAT Liberty. Besarnya tekanan yang diberikan dapat mendorong kapal lebih jauh lagi kedasar laut.
Penulis: Yoga Sultan Fayra
Editor: Tim Humas
[/fusion_text][/fusion_builder_column][/fusion_builder_row][/fusion_builder_container]
0 Comments