REEF COVERY VII UNIT SELAM UGM
Pulau Bawean 2 – 7 September 2016
Terik panas matahari menyambut kami sesampainya di pelabuhan Gresik. Perjalanan kami, Unit Selam Universitas Gadjah Mada menuju Bawean, salah satu surga yang terletak di Kabupaten Gresik berawal dari kegiatan pelestarian lingkungan khususnya terumbu karang dan biota laut sekitar pantai yang akan kami lakukan. Tidak banyak orang tahu dan pernah mendengar dimana ‘sih Pulau Bawean itu. Bawean merupakan pulau yang terletak di seberang utara Kabupaten Gresik. Pulau ini dikelilingi pantai-pantai menawan seperti Pantai Tanjung Gaang, Pantai Pulau Gili, Pantai Pulau Noko, Pantai Kuburan Panjang, dan masih banyak lagi. Keindahan bawah lautnya juga tak kalah menakjubkan, beraneka ragam terumbu karang terletak di beberapa titik yang mudah dinikmati wisatawan. Letak terumbu karangnya pun dekat dengan pantai dan tidak terlalu dalam meski berada di laut lepas. Di perairan pulau tersebut terdapat banyak bangkai kapal tenggelam yang kini menjadi objek wisata maupun penelitian bagi para pendatang. Tak heran bila pertumbuhan pariwisata di Bawean semakin meningkat setiap tahunnya. Selain wisata bawah laut, Bawean juga memiliki Gunung Sabu yang menjulang tinggi di tengah pulau, Danau Kastoba yang memiliki banyak cerita di dalamnya dan penangkaran rusa asli Pulau Bawean yang menjadikan daya tarik tersendiri. Sayangnya, pulau seluas 193,6 km2 dengan potensi alam yang cukup besar ini sangat rawan mengalami kerusakan lingkungan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
Itulah mengapa kami, Unit Selam Universitas Gadjah Mada memilih Pulau Bawean sebagai tempat untuk mewujudkan kegiatan konservasi sumber daya bahari melalui pembuatan dan pemasangan mooring buoy dan rumpon bersama masyarakat sekitar. ‘Apa itu mooring buoy?’ Buoy ialah benda yang mengapung di laut yang digunakan sebagai tempat menaruh jangkar kapal. Banyak orang sering melihatnya namun tidak tahu maksud dan tujuan peletakannya. Pemasangan mooring buoy berguna untuk menghindari pelepasan jangkar secara langsung ke laut yang berpotensi merusak terumbu karang. Dampak yang ditimbulkan jika terumbu karang rusak adalah terganggunya keseimbangan ekosistem bawah laut di samping kondisi pertumbuhan karang yang hanya sekitar 2 cm per tahunnya. Lain halnya dengan mooring buoy yang melindungi terumbu karang, rumpon digunakan sebagai tempat reproduksi ikan sehingga dapat meningkatkan jumlah populasi ikan di laut. Ikan sama seperti manusia yang membutuhkan tempat berlindung, rumpon ini dapat diibaratkan seperti rumah bagi ikan.
Selama kami tinggal disana, kami diperlakukan sangat baik oleh masyarakat sekitar. Mereka sangat ramah, sopan dan menjunjung tinggi kebersamaan untuk saling gotong royong dalam bekerja. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka memperoleh penghasilan dari memancing ikan setiap malamnya. Umumnya, perahu yang mereka gunakan untuk mencari ikan masih sangat sederhana dan berukuran tidak terlalu besar. Mereka biasa membuat perahu bersama-sama, mulai dari membuat rangka perahu, membentuk body perahu hingga terbentuklah sebuah perahu utuh. Bahkan, para remaja di sana telah terbiasa membantu orang tuanya untuk membuat sebuah perahu dan mencari ikan di laut. Di sana kami tertarik sekali untuk mencoba ‘jukong’, sebutan untuk perahu sampan kecil yang hanya muat untuk 2 sampai 3 orang. Jukong digunakan nelayan untuk mencari ikan di dekat pantai saja, karena ombak di tengah laut sangat besar sehingga perahu beresiko terbalik. Kami mencoba menaiki jukong bersama masyarakat sekitar menuju tempat snorkeling terdekat. Perjalanan tidak semulus yang kami bayangkan, karena ombak yang terlalu kuat dan perahu yang terlalu landai, sehingga membuat air laut sedikit demi sedikit masuk ke perahu yang kami naiki dan kami harus membuangnya dengan ember agar tidak tenggelam selama perjalanan.
Kegiatan kami selama di Bawean tidak hanya itu saja, kami melakukan pemberdayaan masyarakat lokal yang berupa edukasi guide snorkeling. Diketahui bahwa Bawean memiliki keindahan bawah laut yang tidak diragukan lagi, wisata snorkeling lantas sudah mulai berkembang di Bawean satu tahun terakhir. Kami pun sedikit berbagi ilmu mengenai snorkeling yang baik dan aman bagi guide, wisatawan, dan lingkungan. Beberapa ilmu yang kami ajarkan meliputi penggunaan peralatan snorkeling, keterampilan snorkeling, perilaku yang tidak merusak lingkungan, bahaya yang mungkin terjadi selama snorkeling, dan peran guide serta informasi yang perlu disampaikan kepada wisatawan. Peserta edukasi yang kami tuju berasal dari anggota POKDARWIS (kelompok sadar wisata) TASEK TANEAN, pemuda desa, serta anggota pramuka SMA. Mereka inilah yang berpotensi menjadi guide untuk wisatawan Pulau Bawean kedepannya. Antusiasme yang tinggi oleh peserta menjadi semangat kami dalam berbagi ilmu. Selain pemberian materi, kami juga menjadwalkan simulasi guide snorkeling di laut. Disini peserta diajarkan secara langsung dan mengaplikasikan materi yang telah diberikan sebelumnya. Walaupun tidak semua peserta dapat melakukan snorkeling, namun setidaknya mereka memiliki kemauan untuk mencoba. Nantinya mereka akan diberdayakan lebih lanjut supaya mereka siap menjadi guide yang baik bagi wisatawan. Menjadi guide yang baik bagi wisatawan merupakan satu dari berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian alam ini.
Akhir perjalanan di Pulau Bawean kami habiskan dengan menyelam di sekitar perairan Pulau Noko Selayar. Persiapan kami lakukan sejak pagi. Kami menggunakan dua perahu berukuran sedang untuk mengangkut seluruh perlengkapan dan mengatarkan kami menuju lokasi diving. Selama menyelam, kami mengamati berbagai kehidupan biota laut yang ada di sana. Sungguh tenang dan menakjubkan suasana dunia bawah laut yang kami rasakan.
Itulah mengapa, kami sebagai sebuah organisasi penikmat olahraga selam memiliki keinginan penuh untuk dapat terus berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan, khususnya di bidang bahari. Kegiatan yang kami lakukan di Bawean selama 6 hari ini sangat berkesan dan memberikan kami banyak manfaat. Kami harap dapat terus melakukan kegiatan konservasi di seluruh penjuru lautan nusantara Salam bahari.
Penulis : Yupie Milenia & Istria Rimba
Editor : Admin
0 Comments