Sanur, satu dari banyak pantai yang ada di Pulau Bali. Pantai ini terletak disebelah timur Kota Denpasar, maka tak heran bahwa ada julukkan yang diberikan yaitu ‘Pantai Matahari Terbit’. Setiap pagi banyak dari warga dan wisatawan yang berdatangan untuk melihat indahnya sunrise di pantai ini. Semakin siang semakin terlihat adanya proses penjajahan di daerah ini. Perlahan wisatawan lokal akan menghilang dan tergantikan oleh orang-orang asing yang semakin banyak. Memang hal ini tidak lazim, mengingat Pantai Sanur merupakan pantai untuk menikmati sunrise.
Semakin siang lagi, orang-orang asing itu mulai menghilang. Satu persatu dari mereka terlihat mulai menaiki kapal. Para porter hilir mudik membawa banyak barang. “Ngung…ngung…” suara kapal cepat dengan 4 mesin yang membawa para orang-orang itu ke arah timur. Mungkin mereka mau mengejar matahari atau hanya sekedar melihat-lihat indahnya laut. Tapi mengapa mereka membawa perlengkapan segitu banyak? Sebenarnya mereka mau kemana??
Terlihat samar-samar, ada sebuah pulau di arah timur pantai ini. Nusa Lembongan, mungkin di telinga kita nama pulau ini jarang sekali terdengar. Memang nama pulau ini tidak lebih terkenal daripada pulau di sebelahnya yaitu pulau Nusa Penida. Namun, untuk masalah pariwisata pulau ini tidak kalah dengan pulau sebelahnya.
Belum sampai ke Nusa Lembongan, sudah terlihat berbagai macam aktivitas pariwisata di sini, ada surfing, snorkling, hingga diving. Banyak berjejeran di sekitar pantai, sekolah-sekolah yang mengajarkan surfing kilat selama beberapa hari. Ombak yang cukup tinggi dan konstan memang suatu hal yang sangat mendukung untuk melakukan surfing di sekitar pulau ini. Ada juga banana boat yang cukup seru untuk bermain-main di air dan masih banyak yang lain.
Menginjakkan kaki di Nusa Lembongan masih terasa suasana Bali. Ya, memang Nusa Lembongan dihuni oleh mayoritas masyarakat beragama Hindu. Jadi, suasana kental adat Bali sangat terasa di pulau ini. Namun, ketika kita melihat sekitar, masih saja yang mengganjal. Banyak sekali warga negara asing yang ‘bersliweran’. Sesekali terlihat warga negara Indonesia yang mungkin warga lokal sekitar, seolah wisatawan domestik menjadi pemandangan langka. Ah, mungkin saja para wisatawan domestik lagi di tempat lain aja, gumamku dengan sedikit keraguan.
Untuk mengelilingi pulau ini hanya butuh beberapa jam saja menggunakan sepeda motor. Ya, memang pulau ini tak begitu luas dan hanya terdiri dari dua desa Jungut Batu dan Lembongan. Berbicara mengenai Desa Lembongan terdapat sebuah pantai pasir putih yang menjadi primadona. Mungkin karena ombaknya yang cukup besar dan tempat yang cukup bagus untuk menikmati sunset. Benar saja, pantai ini sangat ramai, namun jika dilihat sekali lagi seakan kita sedang berwisata ke Miami atau Florida. Atau mungkin ada tempat yang lebih bagus lagi yang membuat wisatawan domestik tidak begitu tertarik dengan pantai ini. Maklum negara kita kan negara maritim, apalagi semua provinsi punya pantai. Mungkin mereka sudah bosan dengan pantai, hiks…hiks…hiks…
Tak jauh di sisi barat Dream Beach terdapat sebuah spot untuk melihat sunset yang cukup bagus. Dari sini terlihat Pulau Bali serta Samudra Hindia. Devil Tears, sebutan orang-orang untuk tempat ini. Air mata setan??? Setan kok nangis? Hahaha. Di tempat ini deburan ombak menghantam tebing-tebing sehingga terdapat beberapa goa. Goa ini akan terisi air ketika ombak mendeburnya dan akan menyeburkan air sedikit ke atas sehingga akan tercipta pelangi. Mungkin nama tempat ini tak cocok dengan pemandangan yang didapatkan. Di sini terlihat beberapa wisatawan lokal yang mungkin masih bisa kita hitung dengan jari tangan saja. Memang sepertinya pada bosan mantai kali ya.
Biar tidak bosan, saatnya menikmati pemandangan bawah air di sekitar Nusa Lembongan dan Nusa Penida. Di sekitar pantai Jungut Batu terdapat banyak sekali dive shop yang menyediakan paket wisata diving. Dan jangan khawatir untuk para wisatawan yang belum memiliki lisensi, beberapa dive shop menyediakan discovery atau scuba experience sehingga masih bisa menikmati indahnya bawah laut. Bagi yang masih takut kedalaman tak ada salahnya menikmati indahnya bawah air dengan snorkeling.
Wisata bawah air Nusa Lembongan terkenal akan pari manta dan mola mola atau yang lebih dikenal dengan sunfish. Selain itu di beberapa spot jika kalian beruntung akan bertemu dengan penyu dan whale shark. Dan jika kalian memliiki keberuntungan yang sangat besar kalian akan menemukan sunfish di kedalaman kurang dari 30 meter.
Untuk ke tempat penyelaman digunakan kapal sedang untuk mencapainya. Hampir semua dive shop disini memiliki kapal cepat, sehingga untuk mencapainya pun hanya perlu waktu beberapa menit saja. Hilir mudik kapal mengangkut para diver dan para wisatawan untuk snorkeling sangatlah padat. Sehingga para diver harus berhati-hati.
Sesampainya di spot penyelaman terlihat beberapa orang snorkeling, namun terlihat kulit-kulit yang putih merona, dan dapat dipastikan mereka ada produk-produk import. Mungkin orang Indonesia udah bosan snorkeling mulu, siapa tau di dalam air ketemu penyelam Indonesia, batinku saat itu.
“Mask On and Go down”. Blukutuk…blukutuk… suara udara keluar dari BCD dan masuklah tubuh ke dalam air. Tubuh didorong oleh derasnya arus , memang hampir di semua spot penyelaman di kawasan Nusa Lembongan dan Nusa Penida memiliki arus yang cukup kuat, dan mungkin inilah daya tariknya. Badan serasa seperti superman yang dapat terbang kemanapun yang diinginkan. Baru beberapa menit , terlihat beberapa rombongan diver lain. Dan terlihat semua berambut blonde. Ah, mungkin itu hanya orang Indo yang memakai semir rambut aja.
Setelah dilihat lebih jauh, oh man, kita menyelam di negara mana nih??? Semua diver merupakan warga negara asing. Bahkan dive master yang menjadi leader juga warga negara asing. Pindah ke beberapa spot penyelaman, melihat perahu hilir mudik yang membawa para warga asing itu. Menyelam ke bawah melihat warga asing yang menikmati indahnya bawah laut negeri pertiwi.
Halooo, ini sebenarnya kita di mana sih? Kok rasanya kita yang menjadi wisatawan asing?! Teriakku dalam hati. Sungguh miris apa yang terjadi disini, di mana mayoritas wisatawan adalah warga negara asing dan bukan hanya itu bahkan para pengelola tempat wisata dan dive shop serta resort-resort adalah warga negara asing. Yang paling miris, ada beberapa orang Indonesia yang bekerja lebih fasih berbahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Sungguh miris menjadi wisatawan asing di negeri sendiri. Rasanya seperti ada negeri tersendiri di bumi pertiwi ini. (Alfandhikayudia)
0 Comments