Pendakian gunung ini adalah yang pertama bagiku. Sebelumnya hanya bukit-bukit kecil seperti Gunung Api Purba Nglanggeran dan kompleks Candi Songo. Sebenarnya, pendakian ke dua bukit ini sudah cukup menguras tenaga (maklum pemula :D), padahal ketinggiannya kira-kira hanya seperempat dari ketinggian Gunung Merbabu. Tekad sudah bulat dan rasa penasaran sudah memuncak, akhirnya kuputuskan untuk mendaki Merbabu. Meskipun fisik belum terlalu kuat,  setidaknya masih ada beberapa hari untuk jogging agar stamina terjaga. Tekad dalam diriku, berapapun jumlah kawan yang bisa dari beberapa yang kuajak,  pendakian harus tetap jalan. Meski dua sekalipun. Bismillah! 😀

Waktu yang kupilih untuk pendakian ini adalah 2-3 Mei 2014. Mumpung akhir pekan dan akhir dari UTS semester 4. Setelah sekian minggu mengajak teman-teman jurusan untuk ikut naik, akhirnya fix yang bisa ikut 19 orang. Diluar dugaanku, ternyata banyak juga peminatnya. Padahal seperti kita tahu, resiko naik gunung tidak kecil. Seminggu sebelum keberangkatan kita berkumpul untuk briefing dan me-list alat dan barang yang harus dibawa. Ternyata complicated sekali. Membayangkan berat tas carrier yang akan dibawa, dengan barang-barang seperti itu, sepertinya akan membuat pundak ini jadi ngotot (baca: berotot).

Barang sudah siap dan terpacking rapi dalam tas carrier. Pukul 19.30 kita berangkat dari Jurusan Perikanan menuju ke basecamp Wekas, di daerah dataran tinggi Kopeng, Jawa Tengah. Kurang lebih 3 jam kita berkendara motor, pukul 22.30 sampai di basecamp. Menurut rencana, setelah sampai basecamp kita akan langsung naik dan istirahat di POS 2. Namun badan ini seakan tidak mau ikut rencana, seharian ini agenda cukup full, kuliah dan praktikum sampai sore. Diputuskan sekarang kita istirahat dan jam 02.00 dinihari akan memulai pendakian.

Pukul 02.00 kita bangun dan ternyata super dingin hawa di sini. Basecamp Wekas berada di ketinggian kurang lebih 1000 mdpl (meter di atas permukaan laut). Pada ketinggian ini saja sudah sangat dingin, apalagi di puncak ya. Kalau kamu ingin naik gunung, jangan lupa bawa jaket tebal dan penghangan lain, kalau nggak bisa beku disini 😀

Ternyata lebih berat dari yang kubayangkan, katanya sih jalur ini yang paling mudah, tapi tetap saja namanya pemula jadi berat. Suasananya sepi, dingin dan tentunya gelap gulita. Di atas sini hanya sumber cahaya hanya ada dua, senter kami dan cahaya bulan. Untungnya, jalur Wekas ini tidak selalu nanjak, beberapa kali ada jalan mendatar, lumayan lah untuk menjaga tenaga.  Sampai POS I, terlihat indah sekali pemandangan di bawah sana. Jika dibandingkan dengan pemandangan dari bukit Bintang kalah jauh.hehe

Setelah sejenak istirahat dan terhibur dengan pemandangan di bawah, perjalanan diteruskan kembali. Medan pendakian ini tanah liat yang agak basah, beberapa jam yang lalu diguyur hujan. Alhasil jalan menjadi licin dan harus ekstra hati-hati. Tak masalah, perjalanan berat ini beberapa jam lagi akan membuahkan pemandangan yang lebih indah. Waktu sudah menunjukkan jam 5 pagi dan kita masih belum sampai POS II. Kita putuskan berhenti dulu sejenak untuk beribadah subuh sembari menunggu 4 teman lain yang masih tertinggal di belakang. Sekarang sudah cukup terang sehingga kita tak perlu pakai senter lagi. Pemandangan yang terlihat juga semakin banyak dan luar biasa indah. Dari tempat ini aku bisa melihat awan-awan berada di bawah. Amazing!! :D. Langsung kuambil kamera dan kuabadikan untuk kenangan.

Setelah cukup puas jepret sana jepret sini, kita lanjutkan perjalanan menuju POS II. Kata pemandu, POS II sudah tidak jauh lagi dari tempat ini.  Berjalan dan terus berjalan, ternyata masih belum sampai-sampai. Mungkin memang arti ‘dekat’ pemandu dengan ‘dekat’ versi pemula beda. Hehe.

Kita terus berjalan dan sepertinya semakin banyak medan datar yang kami lewati. Semak-semak tinggi di kanan-kiri hampir menutupi jalan. Hingga akhirnya aku melihat banyak tenda di lapangan seluas 2 kali lapangan sepak bola. Dikelilingi oleh puncak menjulang di bagian timur. Dari sini, terlihat dua gunung berjejeran di arah kiblat. Dua gunung itu adalah Sindoro dan Sumbing. Ternyata kita sudah berada di POS II !!

Perjalanan ini baru setengah dari puncak Merbabu yang sebenarnya. Perjalanan ke puncak lebih sulit dan terjal, hampir tidak ada jalan bonus. Di POS II ini kita mendirikan tenda untuk istirahat dan mengumpulkan tenaga.

Istirahat disini cukup lama karena tenaga terkuras banyak untuk perjalanan sebelumnya. Baru kira-kira setelah waktu menunjukkan pukul 10.00 kita lanjutkan perjalanan ke puncak Kentheng Songo. Target sampai puncak jam setengah 3 sore. Semua barang bawaan yang berat kita tinggal di tenda karena perjalanan lebih sulit dan berat. Barang yang kita bawa hanya air minum dan logistik untuk mengisi tenaga.

Ternyata benar, meskipun tidak membawa barang berat seperti sebelumnya, medan yang dihadapi sama-sama menguras banyak energi. Perjalanan hampir selalu naik dan naik. Beberapa kali mengahadapi jalan yang curam ke atas. Benar-benar energi terkuras disini. Sampai pada daerah yang disebut Triangulasi, dalam hati ada niatan untuk cukup sampai disini saja. Tubuh terasa benar lelahnya dan ini belum dihitung untuk perjalanan pulang. Tapi nanggung kalau berhenti, karena puncak sudah terlihat dan rasanya belum puas kalau belum sampai puncak. Daerah dimana tidak ada dataran yang lebih tinggi.

Perjalanan terus dilanjutkan hingga akhirnya kita mendapati satu tebing yang terjal tepat di bawah puncak. Dilihat dari medannya, jika gagal (jatuh) di daerah ini, maka resikonya sangat besar. Tubuh kita akan terantuk batu dan pasti akan banyak luka. Kupilih bagian-bagian batu yang pas untuk pegangan naik. Setelah medan ini terlewati, terlihat teman-teman lain yang sudah menunggu di puncak. Iya, kita sudah berada di puncak! Di ketinggian kurang lebih 3290an mdpl. Finally, kita sudah berada di Puncak Kentheng Songo, puncak tertinggi diantara puncak-puncak lain di Gunung Merbabu. Pemandangannya semakin indah saja. Memang keren Ciptaan Sang Kuasa ini. Subhanallah..

Dari puncak sini bisa terlihat gunung-gunung lain. Sayangnya, karena ada awan tebal, gunung Merapi tidak terlihat keindahannya. Tak ketinggalan kameraku ku ambil untuk mendokumentasikan moment luar biasa ini. Tak kusangka pemula seperi aku bisa naik ke puncak Gunung. Saking indahnya pemandangan, sampai mulut ini speechless. Sungguh indah ciptaan Allah..luar biasa!

This is the real travelling and refreshing! 😀

Karya : Mahfudz Syamsul Hadi

 

 

 

 

 

 

Categories: ArtikelNotes

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.