Pelatihan Pertolongan Pertama SAR Air ini menjadi pengalaman dalam meraih ilmu yang sangat berguna bagi saya dan pada tanggal 30 Juli 2017, semua itu dimulai. Saya bertemu dengan teman-teman yang bisa dibilang menjadi representatif warga Indonesia. Mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan lainnya. Dalam penugasanku kali ini sebagai delegasi, tidak hanya ilmu secara teori maupun praktik yang saya dapatkan, namun juga keluarga baru. Saya menjadi sedikit demi sedikit mengenal kebudayaan teman-teman saya dan saya sangat mencintai hal tersebut.

Pada hari pertama pelatihan, kami diberi teori mengenai pertolongan pertama dan radio komunikasi. Radio komunikasi selain diberi teori, kami juga melakukan praktik cara penggunaan HT. Dalam suatu keadaan bencana atau tempat yang membutuhkan pertolongan pertama, lebih disarankan menggunakan HT, bukan telepon genggam ataupun alat komunikasi lainnya yang membutuhkan sinyal. Karena dapat dipastikan akan sangat susah mendapatkan sinyal di tempat yang sedang terlanda bencana.

Pada hari kedua, kami diberi teori-teori mengenai Palang Merah Indonesia dan pertolongan-pertolongan pertama yang dapat orang awam lakukan jika menemui korban. Mulai dari korban yang mengalami pendarahan saja hingga korban yang mengalami patah tulang spinal. Setelah diberi teori, kami melakukan praktiknya. Bagaimana cara membalut yang baik dan benar, bagaimana cara menyangga tulang yang patah, bagaimana cara menekan pendarahan dengan tepat, dll.

Pada hari ketiga, kami melakukan simulasi kecil atas apa yang telah kami dapatkan selama 2 hari belakangan. Simulasi dikondisikan sama seperti di lapangan aslinya. Suasana dibuat ricuh dan tidak stabil. Mulai dari adanya preman sampai orang berkebutuhan khusus, semua dihadirkan dalam simulasi tersebut agar kami memahami betul situasi dan kondisi lapangan sebenarnya. Keseluruhan kami dibagi menjadi 2 kelompok besar. Apa yang saya tangkap betul dari simulasi tersebut adalah tidak ada penanganan korban yang langsung dilakukan di TKP (tempat kejadian peristiwa), semua korban harus dievakuasi terlebih dahulu dan jika sudah berada di tempat yang aman dan nyaman, barulah dilakukan tindakan pertolongan pertama.

Di hari keempat, kami diberi materi mengenai pertolongan pertama di air dan melakukan tes kemampuan kolam. Dari pematerian ini, kami memahami bahwa kemampuan fisik adalah hal yang paling mendasar bila kami ingin terjun di dunia SAR air. Tujuan dari tes kolam adalah para pelatih mengetahui tingkat kemampuan berenang dari tiap peserta agar pada waktu melakukan praktik di laut dapat meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Hari kelima, kami terjun langsung ke laut. Mungkin ada beberapa dari teman kami yang pada hari itu baru pertama kalinya berenang di laut sehingga tentu saja mereka merasa panik. Hal baru juga bagi saya dalam melakukan run-swim-run, sungguh berat sekali rasanya. Setelah melakukan pemanasan darat dan air, barulah kami memasuki praktik materi SAR air. Kami mencoba menjalankan perahu karet dengan cara didayung dan menggunakan teknik go dengan membawa berbagai macam buoy. Latihan di hari itu sungguh sangat berkesan bagi saya.

Hari terakhir, puncak dari seminggu saya menuntut ilmu di Bali, diadakan simulasi keseluruhan, terdapat 10 korban di laut. Kami dibagi menjadi beberapa tim, ada yang menjadi rescuer, evakuasi, dan pertolongan pertama. Saya masuk ke dalam tim rescuer. Korban yang saya bawa adalah perempuan dengan pendarahan pada dahi dan korban tidak sadarkan diri. Saya berenang membawa korban menggunakan teknik chin-carry. Setelah mencapai daratan, korban tersebut langsung dievakuasi oleh tim evakuasi lalu diberikan pertolongan pertama oleh tim.

Satu minggu yang penuh dengan kegiatan, satu minggu yang penuh dengan ilmu, dan satu minggu yang penuh dengan kenangan. Betapa beruntungnya saya dapat menjadi delegasi Unit Selam UGM dalam Pelatihan Pertolongan Pertama SAR Air Nasional IX.

Peserta delegasi Unit Selam UGM, Fuad dan Verda (Diklat XXVII)

Peserta delegasi Unit Selam UGM, Fuad dan Verda (Diklat XXVII)

 

-Avignam Jagat Samagram-

 

Denpasar, Bali

30 Juli – 7 Agustus 2017


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.